Seorang bayi siap untuk dilahirkan ke dunia. Si bayi pun bertanya kepada Tuhan.
“Para malaikat disini mengatakan bahwa besok Engkau akan mengirimku kedunia. Tetapi bagaimana cara saya hidup disana, saya begitu kecil dan lemah?”
Dan Tuhan menjawab, “Aku telah memilih satu malaikat untukmu. Dia akan menjaga dan mengasihimu.”
“Tapi, disini didalam surga, apa yang pernah saya lakukan hanyalah bernyanyi dan tertawa. Ini sudah cukup bagi saya untuk bahagia.”
“Malaikatmu akan bernyanyi dan tersenyum untukmu setiap hari. Dan kamu akan merasakan kehangatan cintanya dan menjadi lebih berbahagia.”
“Dan bagaimana saya bisa mengerti saat orang-orang berbicara kepadaku jika saya tidak mengerti bahasa mereka?”
“Malaikatmu akan berbicara kepadamu dengan bahasa yang paling indah yang pernah kamu dengar. Dan dengan penuh kesabaran dan perhatian dia akan mengajarkan bagaimana cara kamu berbicara.”
“Dan apa yang akan saya lakukan saat saya ingin berbicara kepadaMu?”
“Malaikatmu akan mengajarkan bagaimana cara kamu berdoa.”
“Saya mendengar bahwa di Bumi banyak orang jahat. Siapa yang akan melindungi saya?”
“Malaikatmu akan melindungimu, walaupun hal tersebut mungkin dapat mengancam jiwanya.”
“Tapi, saya pasti akan merasa sedih karena tidak melihatMu lagi..”
“Malaikatmu akan menceritakan kepadamu tentang Aku. Dan dia akan mengajarkan bagaimana agar kamu dpat kembali kepadaKu, walaupun sesungguhnya Aku akan selalu berada disisimu.”
Saat itu surga begitu tenangnya sehingga suara dari Bumi dapat terdengar, dan sang bayi bertanya perlahan...
“Tuhan, jika saya harus pergi sekarang, dapatkah Engkau memberitahuku nama malaikat tersebut?”
“Kamu akan memanggil malaikatmu : IBU.”
.....:::::.....
Membaca barisan frase diatas di buletin yayasan yang tiba tadi malam, aku jadi ingat Ibu Sularmi.
Aku mengenal Bu Sularmi 3 tahun lalu, waktu Abe masuk TK. Beliau tak lain adalah Kepala Sekolah di TK Al Hikmah. Sehubungan tugasku di Komite Sekolah adalah sebagai Ketua Kompartemen KB-TK, maka kami pun menemukan banyak kesempatan bertemu, berdiskusi, ngobrol banyak hal. Bahkan ketika Abe sudah lulus TK sekalipun.
Suatu hari, kira-kira 2 tahun yang lalu, tiba-tiba kami semua mendapat kabar bahwa Ibunda beliau meninggal. Karena tempatnya jauh di luar kota, waktu itu kami (ibu2 walimurid) tidak bisa datang bertakziah. Maka ketika beberapa hari kemudian Bu Larmi masuk sekolah, kamipun nglurug ke kantor untuk bertemu beliau dan menyampaikan dukacita.
Ketika kami semua sudah duduk, semua terkesiap. Yang ada di hadapan kami waktu itu benar-benar lain dari sosok Bu Larmi yang kami kenal selama ini. Selama ini, beliau orangnya sangat tenang dan stabil. Cara bicara juga jelas, runtut, terstruktur. Dulu kami (aku dan Bu Larmi) pernah sama-sama mengakui betapa beliau adalah orang yang cenderung menggunakan otak kiri, dan aku sebaliknya. Beliau cermin dari sosok ibu guru sejati, yang tenang tapi kokoh, sabar tapi juga tekun.
Tapi siang itu tidak. Mulanya kami mengira bahwa suatu hal yang wajar, karena memang sedang berduka atas kepergian ibundanya. Tetapi kemudian, beliau bercerita dengan air mata yang tumpah...
“Dari dulu, saya selalu percaya bahwa semua yang saya capai didunia ini --apapun itu, keluarga, karir, anak-anak, kesehatan, keberkahan, dll— semuanya tak lain adalah jawaban Allah atas doa Ibu saya. Menghadapi apapun dalam hidup ini, saya selalu kembali kepada beliau, untuk memohonkan doa beliau kepada Allah.”
“Sekarang ini setelah Ibu nggak ada, saya benar-benar merasa kehilangan sebagian besar daya dan tenaga dalam menjalani hidup ini. Nggak tahu lagi darimana saya bisa menemukan kekuatan seperti doa beliau kepada saya. Saya merasa persis seperti mainan yang tiba-tiba dicabut baterai-nya. Lunglai Bu...”
Saat itulah pertama kali dan satu-satunya kami melihat Bu Larmi benar-benar breakdown...menangis sesenggukan...dan sekaligus seperti menghujamkan kata-katanya tadi ke dada kita semuanya.
Dinding-dinding di ruang kerja beliau saat itu, bukan lagi hanya mendengungkan cerita tentang ibunya yang baru meninggal, tetapi juga dipenuhi dengan ibu-ibu kami semua...yang beberapa tinggal berjauhan (seperti aku)...yang beberapa dekat tapi dudul terhalang alasan dan kesibukan untuk sekedar bertemu...atau yang ibunya sama-sama sudah meninggalkan dunia ini...
Masya Allah.... Laa haula wala quwwata illa billaahh...
Kami semua pun larut dalam tangis yang dalam...
.....:::::.....
Robbig firli...wali wali dayya...
Warhamhuma... kamaa robbayaani soghiroo...
Beberapa minggu kemudian, ketika bertemu kembali dengan Bu Larmi, beliau sudah kembali tenang. Tapi kata-kata beliau di kantor saat itu, ketika dikelilingi tangis, aku tahu tak akan pernah hilang dari benakku... Setiap teringat, yang kulakukan kemudian hanya satu, ambil telpon dan pencet no rumah ibuk di tulungagung... (duh, sekarangpun juga)
Dalam hati aku pun bertekad, ketika nanti suatu hari ibukku dipanggil oleh Allah...aku juga ingin sekali menjadi baterai...yang selalu siap menyuntikkan tenaga “doa anak yang shalih” kepada beliau setiap saat...
Aminn Allahumma Aminn...
Jadi nget Mama Mba :) ..... makasih dharingnya... berguna bangettt :)
ReplyDeletemakasih sharingnya yaa mbak.. ^__^ bagus bgt dan menyentuuh. Jd teringat mama :)
ReplyDeletewah ini jadi mengingatkan aku.... tanggal 25 Juni kemarin tepat satu tahun aku kehilangan seseorang yang sangat berarti...kehilangan doa seorang Ibu,kehilangan panutan bagaimana kita sebagai seorang istri yang bijak,sholeh dan tegar...Alhamdulillah pada saat beliau akan meninggal aku dan Kakakku yang mengiringi dan menuntun beliau mengucap Laaillaahaillalah Muhamdarrosullulloh..hingga menutup mata...*hiks*
ReplyDeleteAamiin... Betul-betul dalem, Mbak. Semoga kita tak menyia-nyiakan kesempatan berbakti ke ibu masing-masing.
ReplyDeleteitulah..
ReplyDeletekenapa kami berencana pindah..
biar lebih mendekat ke ortu..
semoga kami masih diberi kesempatan untuk membahagiakan mereka...
saat ini ibuku adalah anakku.
ReplyDeletekarena usianya, aku harus menjaganya bak menjaga balita.
tetapi tanpa doanya aku hanyalah "orok" besar yang hanya bisa bergelayut dibawah kakinya.
kakiku kuat berpijak karena doanya
hatiku pada tempat yang benar juga karena doanya
aku menjadi manusia berkwalitas atau tidak...aku masih butuh doanya
Innalillahi wa inna ilahi roojiun... semoga khusnul khatimah...
ReplyDeletetfs mbak... semoga kita bisa jadi anak yang sholihah
ReplyDeleteaamiin ....
ReplyDeletemakasii mbak udah mnegingatkan...
*makin kuangeeeeeeeeen ma mamah......:((
Ahhhhh... sediiihhh...
ReplyDeleteMakanya pas kemaren ibuku sakit dan aku gak bisa ada disebelahnya saat dioperasi (Darryl final test), gak karuan rasanya disini sendirian dan membayangkan apa yagn terjadi disana... :((
'Sehubungan tugasku di Komite Sekolah adalah sebagai Ketua Kompartemen KB-TK....''
ReplyDeleteeehhhmmmm,
Kok rasanya gak cocok gitu yaaahhh :)
So touching story...ikut sedih jg mbak. Emang ya kalo udah ngomongin orangtua, baik ibu atau bpk selalu menyentuh hati. Duh jd kangen sm alm Bpk n almh Ibuku..walah mbak, iki aku gak iso nahan tangis. :-(((
ReplyDeletetfs
Thanks for sharing mbak...
ReplyDeleteemh...kayaknya baru kali ini aku tidak menemukan kata "dudul".....ada apa wahida? apa kabelnya sedang konek??
ReplyDeletesama-sama, saya juga Teh...jadi langsung inget ibuk... :-)
ReplyDeletewah sama-sama mba Retna... :-)
ReplyDeleteiya ya, jadi inget pas dulu kamu sering pulang nungguin ibuk yang sakit itu ya mbak...bersyukurlah, karena menurutku itu salah satu bukti betapa kamu masih mendapat kesempatan berbakti kepada beliau walaupun tinggal berjauhan, hiksss (ingat aku sendiri yang satu2nya anak cewek, tapi juga tinggal berjauhan, hikss)
ReplyDeleteamin La, aminnnn selalu saling mengingatkan ya, mumpung ibu2 kita masih ada :-)
ReplyDeleteamiinn
ReplyDeleteya ya, dan itu bener2 alasan yang bagus...
semoga kepindahanmu nanti tambah berkah ya Ley...
**tumben nih orang, replynya serius kali ini** :-D
bunda, aku juga sangat terinspirasi sama tulisanmu tentang Oma itu lho...dan melihat Oma sehari-hari, duhhh ikut bersyukur deh lihat hubungan kalian berdua sekarang :-)
ReplyDeleteamin ya El... :-)
ReplyDelete**eh kirimannya udah nyampe, udah terima sms ku kan?? makasih yaaaaaa...you're the best deh El ;-)
amin amin aminn Rinda... :-)
ReplyDeletesama-sama La...
ReplyDeletesok atuh, sms atau telp gih :-)
nah yang kaya gitu aku sering banget merasakan mbak May...wlaupun mungkin ibukku sakit yang ringan2 aja macam flu, batuk, demam, tapi selalu nelongso kalo ingat ndak bisa ada disisinya setiap saat... :-(
ReplyDeletehihihihhi ngenyek!!!
ReplyDeletejustru cocok lah, soalnya kata suamiku, aku adalah anak2 yang terjebak ditubuh orang dewasa, jadi kan cocok mendampingi anak2 paygroup dan TK inii??? hihii **ngeles**
aduh mbak luki
ReplyDelete**peluk mbak luki sambil ngangsurin tisu**
mari kita selalu doakan mereka mbak...dan semoga doa kita menjadi "doa anak sholeh" buat mereka...
sama2 mbak Ros...
ReplyDelete**aku masih mengagumi foto headshotmu kuwi lho...cantik! hehe..
huahahahah masalah kabel konek, pasti Adel tahu jawabnya, dan tahu tanda2nya hihihii :-D
ReplyDeleteabis tumben juga, postingannya ga pake dudul...
ReplyDelete:D :D
huehehehehe
ReplyDeleteminggu yang aneh **lho??** :-D
Aduh jadi inget ama nyokap di Malang......
ReplyDeleteduh touchfully banget ya..saya juga jadi inet mama saya walaupun duluvsaya dan mama kalo ketemu suka ribut melulu sekarang sih gak lagi lah..kalo ketemu ya biasa ngobrol2...!!! dekat 'ribut' melulu ..kalo jauh kan jadi kangen ya...
ReplyDeleteIbuku.... nun jauh di sana.... yang tak pernah lelah mendo'akan ananda.... dikala sakit.... dikala gundah.... dikala down.... bahkan dikala sukacitapun.... terima kasih ananda.... semoga Allah Swt ridlo padamu....
ReplyDeletesok mbak...telpon... :-)
ReplyDeletewah baru ketemu hikmahnya ya Mbak Luss...begitu jauhan jadi rindu... Iya kadang2 yang kelihatan dudul justru yang terbaik...saya jadi inget cerita2 Mbak Lussy tentang bagaimana bisa memutuskan tinggal berjauhan di rumah nenek...rasanya Mbak Lussy sudah menempuh jalan terbaik untuk semua. Salam buat depe ya mbak :-)
ReplyDeleteIbunda Pak Arief..ada dimana?
ReplyDeleteaminnn...doa yang sama untuk ibukuu :-)
di kota kecil ujung timur jawa barat... ciamis (bukan air anyir lho... )
ReplyDeleteoooo... **bulet** :-)
ReplyDeletepersis nduk ... biar mbak tahu ibu kandung mbak dan ibu mertua senantiasa mendoakan tanpa diminta, mbak selalu sampaikan permintaan didoakan ... terutama apabila kami sedang ada hajat khusus ... mereka (tanpa mbak tahu) pasti mendirikan shalat-shalat sunatnya dengan segenap hatinya ... ridho ibu ridho Allah ... Rasululllah sudah mengajarkan kepada kita umatnya untuk tentang keutamaan para ibu ... semoga kita dimampukan Allah untuk memuliakan mereka dan juga belajar menjadikan diri kita sebagai seorang ibu yang pantas untuk dimuliakan oleh anak dan keturunannya ... :-)
ReplyDeleteaminnn..subhanalloh doa yang sangat indah Mbak Ratna...
ReplyDeleteribuan kilo jalan yang kau tempuh
ReplyDeletelewati rintang untuk aku anakmu
ibuku sayang masih terus berjalan
walau tapak kaki penuh darah penuh nanah
seperti udara kasih yang engkau berikan
tak mampu ku membalas....
**njogrok dibawah pohon beringin mendengarkan nyanyian mas yudi dengan khusyuk**
ReplyDeleteamiinnnn...aduhh doanya mantabs karena dua arah, ke generasi diatas da generasi dibawah...
ReplyDeletesemoga kita bisa menorehkan nama kita didalam buku sejarah kebaikan paling nggak dihati anak2 kita ya mbak...