sepulangnya, kayaknya hanya ini deh cita2 Abe... :-)
Photo by Mbak Prapti with Sony P100
Senin, 28 Januari 2008
Spoiler : Bagi yang belum baca cerita sebelumnya, mohon dengan sangat untuk membaca dulu disini http://cikicikicik.multiply.com/photos/album/46/
Kulihat saja dari tadi malam. Mas Iwan resah. Telpon sana, telpon sini. Jalan ngalor, balik lagi ngidul (atau ngetan-ngulon aku tak tau, wong dirumah sendiri saja sampe sekarang masih pake acara mikir kalo ditanya arah angin, apalagi disini). Garuk2 kepala, cubit2 dagu.
Acara di semua channel TV lokal non-stop menyiarkan berita persemayaman dan rencana penguburan Presiden Soeharto. Setelah tanya sana-sini (termasuk ortu dan ustadz), timbang begini-begitu (berat mana antara Pak Harto dan istri cempluknya ini), ukur manfaat-mudharat dari setiap pilihan (juga menyangkut pilihan antara Pak Harto yang sudah almarhum dan istri yang masih bisa ngomel), akhirnya Mas Iwan memutuskan untuk menunda kepergian ke Astana Giribangun Solo sampe sehabis liburan. Dengan begitu, janji masih bisa dia tepati somehow (sambil dalam hati istghfar terus :-D) dan perjalanan dengan anak-anak masih bisa diselamatkan.
:-D
What can I say? Aku cuma bisa tersenyum lebar tanpa henti (pasti seperti Anda juga sekarang ini kan?). Bukan tanda kemenangan lho (apalagi melawan Pak Harto alm, ugh aku tentu bukan tandingan beliau lah), tetapi lebih kepada rasa syukur karena rupanya dibalik euforia dudul suami 10 tahun lalu sudah tidak ada lagi bahaya laten apapun. Apalagi PKI (maklum suasana di TV lagi full soal Pak Harto jaman taun ‘66 nih :-D).
Tapi kalo dilihat-lihat lagi, pagi tadi itu sebenarnya sama dudulnya....
Now here we are, setelah menempuh perjalanan sejauh 500 km lebih dari Surabaya ke Bali, dengan niat menikmati habis-habisan alam indah Pulau Dewata, dan yang kita lakukan seharian hanyalah duduk-duduk nonton TV di apartemen yang kita sewa lumayan mahal ini. Ya! Inilah jalan tengah yang dimaksud Mas Iwan. Jalan tengah yang membawa 2 konsekuensi.
Satu. Sudah diputuskan dengan murah hatinya (paling nggak dibanding kalo kita benar2 pulang, ya kan? :-D), bahwa kita nggak bakalan meninggalkan apartemen sebelum siaran langsung acara penguburan Pak Harto paripurna. Dua. Bahwa ada beberapa tempat yang terpaksa harus mengalah menyingkir tercoret dari list tujuan liburan kita. Itu agar supaya Bapak bisa “menghadiri” pemakaman (dari jauh) dengan khidmat. Jadi ketika Pak Harto dikubur, terkubur juga kesempatan kita kali ini untuk mengunjungi Kintamani, Ubud, Uluwatu, Benoa, Jimbaran, alamaakkkk... :-((( Semoga suatu hari nanti kita masih diberi kesempatan untuk kesana.
Tapi memang harus kuakui, aku pun “menikmati” semua prosesi pemakaman Pak Harto. Yang dengan gengsi tak seberapa kutunjukkan ke Mas Iwan :-D. Yang agak mengganjal tentu adalah anak-anak.
“Bapak, kita boleh renang di kolam yaaa????” tanya Abe-Bea
“Boleehhh puas-puasin deh pagi ini renang!” jawab Bapak
“Asyiikkk” jawab anak-anak polos, kasian, mereka nggak tahu apa yang terjadi. Lebih kasihan lagi karena kemudian si Bapak mengerem mendadak.
“Eiittsss!!!! Tunggu dulu!!! Ada syaratnya!!!” (Oh, come on mas...??)
“Ibuk, siapkan kamera!” (kena juga nih??)
Ternyata syaratnya adalah...well, daripada dijelaskan, akan lebih dramatis kalau dilihat langsung, jadi silakan lihat foto pertama di bawah sana! Astaganaga si Bapak! Huahahahahahah anak-anakpun melakukan prosesi singkat “Upacara Penghrmatan” yang disuruh Jendralnya dengan wajah setengah khidmat setengah bloon tak paham akan apa yang terjadi (lihat aja wajah Bea):-D
Selepas Ashar baru kita cabut, tujuan ke Joger Pabrik Kata-Kata. Alamak penuhnya disanaaaaa, sampe mau bernapas pun rasanya harus kehabisan napas karena rebutan O2 dengan banyak orang!!
Selesai dengan Joger, jadwal baru tidaklah amat mengecewakan karena sore ini anak-anak akan mendapat kesempatan lagi ke Pantai Kuta. Tidak seperti hari pertama kemarin, kali ini sudah full-equipment emang niat nyemplung! Abe langsung tertarik ketika ditawari belajar surfing (for the first time ever, off course!). Jadilah, perkenalannya dengan Om Edo, pelatih surfing asal Medan menjadi sesuatu yang amat mengesankan buat Abe.
Abe berhasil “mengendarai” ombak di percobaan yang ke-2, which is amazing (according to Om Edo) dan kita semua bersorak dengan penuh kebanggaan. Senyum Abe yang lebar kayaknya membuat ujung bibirnya sampai mendekati telinga, sehingga entah berapa liter sudah air laut memenuhi esofagus dan karena kulihat ketawa Abe sampai tergelak-gelak, maka si air itu hanya akan mengalir lebih masuk lagi kedalam tubuhnya. Ironisnya, tepat ketika Abe terbatuk-batuk demi menelan secangkir lagi air laut, hampir 2 jam kemudian (masih dengan papan seluncur terikat di tubuhnya), Om Edo berujar “He’s natural” :-D
Bea juga ikut2an minta papan, dan apa yang terpampang kemudian adalah orang-orang sekitar pada ketawa gemas melihat tingkah Bea dan papannya. Beberapa bule mendekat hanya untuk mencowel perut atau pipinya. Oya, menyangkut ini ada beberapa hal yang menarikku dan menjadi catatan tersendiri, tentang bule, ah kapan2 aku tulis dan posting disini ah..insyaAlloh :-)
Ketika kembali ke mobil, nyaris kehabisan waktu Maghrib, semua berbincang seru di mobil! Topik utama tentu saja adalah keberhasilan Abe yang membuatnya kecanduan ingin surfing lagi. Topik yang lebih utama dan bikin dagelan tentu saja adalah Bea yang bukannya surfing, malah asyik “menggembalakan” papan surfing-nya.
Kembali ke Kuta definitely over the top!! Exceed my expectancy mengingat dudulnya jadwal hari ini. Terimakasih ya Bapak... Maaf kalo dari kemarin banyak omelan dari Ibuk... ^_^
:::::.....
Next!
Day 4 : Semua anggota keluarga kalap! Bahkan Pulau Dewata pun juga ikut-ikutan kalap! Kalap apa dan bagaimana, to be continued... :-)
Wahida...penghormatan itu, kakakak....selamat untuk abe dan surfingnya
ReplyDeleteseru banget ceritanya, ini tha si jalan tengah...
*sama aku sampe skrg ngga tau ngetan ngulon kemana*
hahah bea bea :)
ReplyDeleteyang motret juga ikutan 2 jam? :D
ReplyDeletegara gara narik narik papan selancarnya? kayaknya menikmati banget Bea nya :D
ReplyDeleteahhh indahnyaaaa
ReplyDeleteSiapa non yang motret, ini bagus loh siluetnya, tinggal di crop dikit
ReplyDeletega seru! ga seru!!
ReplyDeletejangjinya kan dateng ke tempat pemakaman!!
*nglirik tampang si ibuk yang dipenuhi hawa pembunuh yang mematikan*
XD XD XD
Pada akhirnya memang harus ada prioritas ya Mbak. Ah, anak-anak sih tetep aja cerah ceria. Bea emang gemesin, nggak heran banyak yang nyubit. Beanya nggak protes ya?
ReplyDeleteAku bingung orang pada suka joger, padahal...... aduhhh....
ReplyDeleteini bapaknya yg ga nggenah
ReplyDeleteatau anak anak yg bener ya....he he h e
(bagaimanapun juga pak harto harus tetap dihormati)
wah..
ReplyDeletekok ga ke kintamani sih...
nyesal nyesal nyesallllll............................
hormat senjataaaaaaaaa grak !!!
ReplyDeleteOALAH.........:)))
ReplyDeletekekeke pake tangan kiri lagi :))
ReplyDeletenyanyi apa nih?
ReplyDeleteWalah misua itu wong Suroboyo apa Solo toh ?
ReplyDeleteTampang Bea lucu banget...hormat sambil mringis........Hati2 hormatnya nak...latihan dulu ama ibuk he he he.......
ReplyDeleteoalah kak mia, ternyata sama aja tho...huahahahah selain arah angin aku juga suka dudul kanan-kiri (ditiru abe yang sampe sekarang kalo pake sepatu masih suka kebalik hihihi **makasih ucapan selamatnya tante Mia**) :-D
ReplyDeleteatau jangan2 bea ikut ketularan juga ya, makanya hormatnya pake tangan kiri gitu wahahahah :-D
upacara ala balita Bli... hahahah :-D
ReplyDeletehooh sampe kehabisan batere kameranya :-D
ReplyDeleteiya, habis mana ada papan selancar cuma ditarik2 kanan kiri gitu kalo nggak Bea...mana diajarin tetep aja nggak mau... :-S makanya bule2 pada heran, melihat cara baru memperlakukan papan surf ini huehehehe
ReplyDeletei know! :-)
ReplyDeleteyang moto Mbak Prapti mas, pengasuhe anak2 :-D
ReplyDeletesebagai guru amatir aku yo melu tersanjung ki huekeekekekekke :-D
hush! udah! jangan menuang air laut diatas luka nape...!!!
ReplyDelete**wajah anggun dan halus tapi tetap mematikan, kayak Pak Harto** :-8
ya itu, ditimbang sana sini itu La, akhirnya diputuskan nyelawatnya ditunda :-D
ReplyDeletesambil tepuk jidat Bea pasti bilang, "cape' deh...!"
ReplyDelete:)
aduhhh kenapa mas? **melongo**
ReplyDeletelek bapake ra nggenah, biasane anake melu2 ra nggenah lho mas Yud, hihihihihi
ReplyDelete(memang, begaimanapun dia mantan presiden kita yang sudah banyak membangun bangsa, membuat bangsa kita swasembada pangan juga kan?)
sama maaassssssss hikkkssss padahal aku dulu waktu ke intamani sudah bertekad kembali lagi...ternyata.. :-(((
ReplyDeletekekekekekekek
ReplyDeletesenjatanya bibir monyong sama gigi meringis Mbak :-D
:-)))
ReplyDeleteiya! hueheheheh
ReplyDeletegaring banget acara hormatnya :-D
dohh segala macam lagu, ada kalo 2 album, hihihih :-D
ReplyDeletehehehe...:-D
ReplyDeletehahahaha ibuknya kayaknya yang harus mulai belajar gaya hormat baru generasi sekarang (ya yang kaya bea gitu mbak Ir!) hihihi :-D
ReplyDeleteapa daya, karena saking pinginnya renang, jadi ya dilakoni aja ma dia...:-D
ReplyDeletePermisiii...mo tanya dulu, 'dudul' itu apa sih, hehehe...
ReplyDeleteEalaahh...lucu bener!
ReplyDeletewah, gak bisa digoogling ya? huehehe ntar mau aku patenkan aja kata itu deh.... hehehe
ReplyDelete"dudul" apa ya artinya??? ayo siapa yang bisa menjelaskan? karena aku sendiri juga dudul gak bisa jelasinnya :-D
iya Mbak Titien, potret sebuah upacara yang dudul :-D
ReplyDeletewaduh mba' Wahida ... iso-isone ... tp ya bener sih solusi tengahnya boleh juga ....
ReplyDeletetidak membatalkan liburan ma anak-anak ... tapi bisa melakukan penghormatan terakhir ( nazar ... )
kepada pak Harto ...
iya Hen, gimana lagi lha wong keadaannya begini huehehehe
ReplyDeleteterimakasih banyak, kalaupun bagus, itu berarti adlah suatu kebetulan saja hihihihi :-D
ReplyDeletesabar mbak kapan2 balik lagi lancong ke Bali..surabaya kan deket..naik pesawat juga sebentar hehehe
ReplyDeleteiya mbak, hehe sebenarnya kesempatannya itu yang sulit ditemukan, tapi amin, semoga kita bisa balik lagi kesana, masih dendam sama seafood Jimbaran rekomendasi Mbak Lussy sih...hehe
ReplyDeletewakakakakakkakakakkakakakakkakakak....wis gak kuat nahan geli, apalagi liat bea.....ngakak dewe aku mbak....iso2 wae sampeyan iki.
ReplyDeletetp bagus jg si bpk jd contoh buat anak2.....
nunjukin kalo msh ada org yg pny rasa nasionalisme dan patriotisme yg tinggi, menghormati seseorang.good good good...
penasaran kaos Joger buat ustadz nya abe-bea tulisane apa mbak?
ReplyDeletehueheheheheehehehheheeh pancen foto iki dudul tenan kok mbak, aku tiap liat wajahe bea yo kudu ngguyu :-D
ReplyDeleteeh iya loh!! kita susah juga nyari kata2 yang "sopan" buat ustad hihihi akhirnya kita dapet yang tulisannya ada hubungannya sama "say no to drug", lali aku persise :-D
ReplyDeleteuntuk gurunya Bea kita beliin tas, jadi gak ada kata2nya :-)))
sukaaaa foto ini!!! kereennn siluet & sunset-nya!
ReplyDeletefotonya bagus banget
ReplyDeleteBea, salah tangannya tuhhhh!!!
ReplyDeletethx Mbak Iin...jepretan suami itu.. :-)
ReplyDeleteterimakasih :-)
ReplyDeletehuehehehe dia mah salah segalanya tuh Vi...soalnya sama sekali nggak ngeh, untuk apa sih dia disuruh gitu2 sama bapaknya... :-D
ReplyDelete