iseng
Bismillah, aku akan coba agak pede menulis catatan perjalananku kali ini, dengan menyingkirkan batasan “panjang tulisan” yang selama ini membelengguku setiap ngeblog. Karena ternyata, banyak hal dari perjalanan ke Lombok ini yang menarik untuk kutulis, karena ini adalah kunjungan pertamaku ke pulau bersimbol cicak ini dan secara tidak langsung akan menjadi semacam dokumentari pribadiku.
Mohon maaf untuk yang membaca, yang bisa kulakukan hanyalah berusaha membuat tulisanya semenarik mungkin untuk meminimalisasi kebosanan Anda. So God speed ;-D
:::::.....
[LOMBOK TRIP] Part 1 : Dari Menega ke Gili Nanggu
Dua hari setelah pulang dari Bali, Jumat pagi ketika seisi rumah masih serasa babak belur, Mas Iwan sudah on trip lagi! Nggak tahu dimana suamiku ini membuang urat capeknya, baru melihatnya berangkat saja sakit pinggangku sudah berdenyut-denyut lagi (untunglah kali ini dia mau mengajak sopir). Tujuannya jelas ke Solo, memenuhi janji yang tertunda. Janji yang ini lho http://cikicikicik.multiply.com/photos/album/46 , ingat kan?? Hehe...
Dari Solo lanjut ke Tulungagung demi jadwal rutinnya inspeksi kantor dan gudang disana, Minggu malam barulah dia pulang. Dan hari itu, Rabu, 6 Februari 2008 ketika senja sudah mulai buram, tiba-tiba Mas Iwan dan aku sudah turun dari pesawat, menjejakkan kaki di Bandara Selaparang, Mataram.
Ya, hanya seminggu setelah pulang dari Bali, tiba-tiba sekarang kita berdua sudah berada di Lombok. Untuk kedua kalinya aku meninggalkan anak-anak dirumah bersama in-laws. Apa kubilang kan? Sekali melakukannya (ketika ke Jakarta dulu itu), akan lebih mudah terjadi lagi. Mas Iwan bilang ini hal yang perlu though, itung2 latihan berpisah sementara dengan anak-anak, sehingga aku tidak lagi punya alasan menolak ajakannya umroh berdua.
Still, I’m not feeling comfort just any yet. Trying hard, disela-sela banyak telpon kerumah, aku pun memutuskan untuk menikmati perjalanan ini sambil dalam hati berkesimpulan, bahwa untuk pasangan yang sudah mempunyai anak, istilah “second honeymoon” tanpa anak-anak ternyata cukup menyiksa. Baru saja turun pesawat, aku sudah rindu anak-anak dan sibuk membayangkan bagaimana tingkah mereka kalau berada disini.
Anyway. Kepergian ke Lombok ini atas undangan this lovely couple, dear friends of our family, Mas Yosep dan Mbak Daning. Undangan “double-date” nya sendiri sudah lama, dan kami selalu menggantung jawabannya (so sorry Mas, Mbak..) sekali lagi dengan satu alasan dari pihakku : berat ninggalin anak-anak. Mbak Yosep dan Mbak Daning sekarang ini bisa dibilang masih newlywed, sedang giat2nya program hamil dan tak tanggung-tanggung, untuk “memaksa” kita menerima undangannya, they directly handed us 2 flight tickets to Mataram that date. So we (or I) have nothing left to say, but got packing and take our butts off to that plane!
Waktu itu rencana ada cuti bersama yang berbuah weekend panjang, tapi tiba-tiba dibatalkan pemerintah. Akhirnya Mas Yosep-Mbak Daning pun dengan sukses memilih meneruskan perjalanan ke Lombok dan harus mengambil jatah cuti tahunannya, gimana lagi udah kadung beli tiket, dan mumpung ada yang sampai hati meninggalkan anak-anaknya (hiks hiks...)
Turun dari pesawat, kita berempat dijemput sahabat Mas Yosep sejak SMP, namanya Mas Anom ( http://rumahkomik.blogspot.com/ ). Dan by the way, ternyata Mas Anom inilah yang menjadi alasan kenapa Mas Yosep ngotot mengajak kita kesini. Mumpung Mas Anom masih bertugas di Lombok alias mumpung tersedia guide dan host gratis (ampun, dudul deh...hehe).
Perjalanan Mataram menuju Sengigi (tempat kita menginap) kurang berorientasi keluar (maklum malam hari, dan lampu-lampu Kota Mataram pun ternyata tidak segemerlap Surabaya). Kita lewatkan waktu dengan chit-chat berkenalan dengan Mas Anom. And he turned out to be such a nice person to hang out. Kesimpulannya, dia tenang2 saja menerima dirinya “dimanfaatkan” sebagai guide gratisan. (Hihihi makasih yaa).
Langsung nyari tempat makan malam. Our first culinary-layoff, a fantastic seaside-seafood restaurant called “Menega”. Suasana temaram pinggir pantai yang romantis, nggak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan citarasa makanannya. Cumi bakarnya, it was like THE BEST I’ve ever had so far!! Bumbunya top habis, merasuk dengan pas dan dalam sampai2 aku curiga itu bumbu “disuntikkan” kedalam seafoodnya (:D) dan Mas Iwan yang memang kritikus ulung kalo urusan makanan (baca: pilih-pilih :-b), ternyata berpendapat sama dengan ikan bakarnya! Setelah memutuskan rencana untuk besok, dengan perut kekenyangan, kita pun menuju Senggigi Beach Hotel, sampai disana sekitar Pukul 9 malam dan langsung beristirahat. Mas Anom pun pamit pulang.
Besoknya, Kamis 7 Februari 2008, Jam 9 pagi Mas Anom sudah nongol di hotel, kali ini mengajak seorang teman, Mas Slamet yang lucu dan njawani. We all got along with each other so well instantly. Kita langsung cabut ke tujuan kita hari ini.
Pulau Gili Nanggu...
Dengan pede yang luar biasa ngawurnya, kita langsung bertekad menyambut tantangan Mas Anom untuk mencoba snorkling. Kubilang ngawur karena selain ini akan menjadi yang pertama buat kami semua (not to mention that I cannot swim!), lidah kami juga masih dengan medoknya menyebut aktivitas itu dengan “senor..keling”. Bahkan, demi Tuhan aku merasa yakin bahwa ketika menyanggupi ajakan Mas Anom malam itu di Menega, Mas Yosep sebenarnya sedang melamun memandang laut yang gelap sembari bilang “Ok, terserah kamu ajalah Nom, kita ikut mau diajak apapun”. Hahaha! Tapi kabarnya pemandangan dasar laut di Gili Nanggu adalah salah satu yang terindah, so we’re in!
Sebagai persiapan, sebelum keluar dari Mataram kita mampir di salah satu deretan warung pinggir jalan yang menjual “Nasi Balap”, sebutan untuk nasi bungkus di Lombok. Satu lagi sebutan yang agresif dan sadis untuk nasi bungkus. Di Tulungagung namanya “sego bantingan”, di Jogja-Jateng “sego kucing”, di Surabaya “sego sadukan”, entah kenapa kok semuanya bernuansa sadis agresif ya??
Dengan mengikuti rumus nasi bungkus, porsi 1 orang sama dengan 2-3 bungkus, kamipun membeli satu kresek besar berisi 20 bungkus lebih! Rumus apaan tadi?? Ini sih 6 orang2 yang pada takut kelaparan semua namanyaaa!! Hahaha. Dengan satu kresek lainnya penuh dengan krupuk, kayaknya akan menjadi menu makan siang yang sempurna di pinggir pantai nanti ketika kita selesai ber-senorkeling. Tak lupa kamipun menyiapkan roti tawar yang nantinya dimasukkan kedalam botol plastik minuman, dan akan menjadi umpan supaya para makhluk laut yang nanti kami lihat mau mendekat ke kita. Thanks to Mas Anom yang memberi semua pengetahuan ini.
Setelah itu selama hampir 3 jam kami disuguhi perjalanan yang menantang. Tepatnya menantang kekuatan stabilitas kimia tubuh kita (baca: ketahanan mabok). Menuju ke Gili Nanggu kita harus melewati perjalanan naik turun gunung yang mempunyai tingkat perkelokan yang lumayan berat. Mas Anom bahkan cerita, tak ada yang mau menempuhnya di malam hari (+ gelap karena sama sekali nggak ada lampu jalan yang cukup) dan karenanya wanti-wanti kita nanti harus sudah kembali sebelum gelap.
Yang sangat menawan hatiku disepanjang perjalanan adalah banyaknya Pohon Kelapa!! Dimana-mana mereka bahkan merumpun dengan lebat! Pemandangan jurang di kanan atau kiri jalan berisi pohon kelapa yang kelihatan dari ketinggian dan kejauhan membentuk semacam pulau, rimbunan daunnya yang berbentuk khas dan jujur saja, tiba-tiba membuatku rindu masa kecil. Masa kecilku kuhabiskan ditengah2 kebun kelapa kakek, yang sekarang sudah banyak tumbang berganti semen dan bangunan gudang-gudang milik Bapakku, bahkan di kota sekecil Tulungagung pun sudah sulit menemukan kebun kelapa. Kata Mas Iwan, Kepulauan Nusa Tenggara memanglah salah satu penghasil kopra.
Setelah 2 jam rollercoaster didarat, kita harus melanjutkan dengan menyeberang, rollercoaster di laut. Kita pun sampai di sebuah pelabuhan kecil (aku ragu apakah itu pantas disebut pelabuhan, saking kecilnya), menyewa peralatan snorkling dan berangkat dengan kapal bermotor. Yang ini lebih dahsyat lagi goncangannya, bukan dari kelokan jalan yang naik turun, tetapi ombak yang menggulung. Padahal bapak pemilik kapal cerita kalau laut sedang lumayan tenang, tetapi kulihat setelah 15 menit (baru separuh perjalanan) wajah kita berempat sudah berubah warna antara keunguan dan kehijauan. Ekspresi pun jadi aneh, seperempat ngantuk, seperempat mual, seperempat seperti stress berpikir dengan kaku, dan empat perempat persis orang mabok! Mbak Daning paling parah. Aku mencoba terus mengajak mengobrol, which is not a hard thing to do (what can I do, I am a chatty person :D). Dan ini bukan hanya kulakukan untuk makhluk-makhluk mirip manusia tapi berwajah ungu dan hijau disekitarku itu, tetapi juga untuk diriku sendiri, yang pasti tak kalah ungu dan hijaunya. Obrolan ternyata lumayan berhasil untuk mendistraksi rasa mual yang sempat menyemprot sekali-kali. Siapa tahu teknik ini suatu saat bisa dibuktikan secara ilmiah, mengatasi mabok perjalanan dengan terapi mengobrol. Hahaha.
Pulau Gili Nanggu kecil saja, bahkan dari tempat berdiri, kita akan bisa melihat separuh lingkaran pantainya. Pasirnya putih, agak kasar tetapi sangat berkilauan, indah sekali. Waktu kita datang suasana masih sepi, hanya terlihat 4 kapal lainnya. Penumpangnya kemungkinan adalah beberapa pasang bule yang sedang berjemur disitu. Disitu juga ada sebuah hotel yang menyediakan cottage dengan arsitektur khas Lombok. Rumah panggung dengan teras terbuka di bawah panggungnya. Dihubungkan dengan tangga monyet dari kayu, diatasnya terdapat ruangan utama berupa attic tepat dibawah atap sirap yang menggelembung. Kecil saja, tetapi bahkan dari luar kelihatan sangat eksotik dan menarik. Secara langsung , model bangunan seperi inilah yang membangun suasana Lombok di kepalaku selama ini, persis seperti yang kulihat di brosur2 dan gambar2 Pulau Lombok.
Begitu sampai, agak terlalu semangat kita pun langsung action (maunya..), tetapi ternyata terganjal urusan celana pendek Mas Iwan yang rupanya ketinggalan nggak ikut terbawa ransel kita (my fault hiksss). Walaupun disitu ada satu hotel yang lengkap dengan toko souvenir yang menjual celana, ternyata tak membantu karena stok ukuran untuk Mas Iwan kosong! Ada satu biji saja yang cukup di badannya, tetapi itu adalah celana pendek cewek dan sangat centil. Warnanya perpaduan krem dan oranye muda, dengan motif bunga kamboja lengkap dengan tali temali dan rimpel kecil dipinggir bawahnya. Persis celana2 yang kupilihkan buat Bea gitu! Jadi jangan bayangkan jadinya, dan maklumi juga kalau di foto manapun, tak akan bisa terlihat bagian pinggang kebawah Mas Iwan disana. Itu semata-mata adalah aturan main dari pengarah gayanya (baca : Mas Iwan sendiri). Hahahaha! Walaupun merasa bersalah, jangan salahkan aku –dan kami semua- kalau hal ini menjadi bahan kepingkal-pingkalan kami semua! :D
Lebih seru lagi ketika ada sebuah keluarga yang terdiri seorang ibu paruh baya dan 6-7 anak abg yang bergabung dengan kami di pantai itu. Rasanya kalau nggak memperdulikan kesopanan, pasti lebih banyak lagi manusia yang terpingkal-pingkal saat itu.
:::::.....
Anyway, kemudian nyemplunglah kita, suatu permulaan akan kedudulan yang tak terkira...
(Bersambung)
lama lama saya jadi familiar dengan baju yang ini hahahaha... lorek2
ReplyDeletedan tentu saja dengan kaos mera ini hihihihi
ReplyDeleteaih... bisaannnn... :D
ReplyDeletemas mas yang ganteng2 ini butuh jamu ngak yach?
ReplyDeletehahahaha... gambar sensornya bagus di ganti calananya superman saja ;))
ReplyDeletebtw... seru mbak.. walau tanpa Abe dan Bea..
*pengakuan dosa yang memalukan... sttttttttttttt aku belum pernah ke lombok hahahahaha*
isin eih
jangkrik..... nduk ojo ngisin ngisini aku.... kalo mau balas kita perangnya di kasur aja... fotomu cuma cemberut, lah aku sing mbok pasang kok gak kathokan................................ #%^#$%$***()&()&*()_*))
ReplyDeletemaaf mas... kalo liat foto ini jangan sampai muntah ya. ndukkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk copoten foto iki
ReplyDeletegak kreatif blass kamu cay...... sukanya niru ide orang... mau balas pake ide yang lain donk heheh
ReplyDeleteberarti beneran ngak ngak katokan toh hihihihihii
ReplyDeletePengen deh Mbak ke Lombok... (tapi jangan mutasi ke sana ya :D) Soal cara mengatasi mabuk itu, memang ngobrol salah satu yang ampuh lho Mbak. Untungnya ada yang cukup aktif ngomong ya...
ReplyDeleteWahida, main ke Depok, di rumahku, sepanjang depan-samping ada 7 pohon kelapa ijo, setia berbuah....
ReplyDeletesusah memang ninggalin anak ya..walaupun tujuannya buat nyenengin hati sendiri dan pasangan. duh meningan kalo 2nd honeymood rame2 aja bawa anak2 kan lebih seruuuu...(*yg ini juga seru apalagi akomodasi dan penginapan gratisssss hehehhe..mau dong ikutan tapi ajak depe juga yaaa..)
ReplyDeletemabok laut itu ngga enak ya, perut rasa dikocok2, duh....kalo milkshake sih enak
ReplyDeletehuaaa, mbok diedit lagi separo badan Da...piye toh iki ?
ReplyDeletePengen deh Mbak ke Lombok... (tapi jangan mutasi ke sana ya :D) Soal cara mengatasi mabuk itu, memang ngobrol salah satu yang ampuh lho Mbak. Untungnya ada yang cukup aktif ngomong ya...
ReplyDeletepengen bangeet ke Lombok :)
ReplyDeletewaaaaaaaaaaa ada yang narsis...
ReplyDeletenggak bawa antimo yaa....hehehehe
ReplyDeleteselamat berkenalan dengan saya yang fasionista... **ini masih hari kebalikan kan??** hahahahaah
ReplyDeletecocok lah!
ReplyDeletehahahaha
ini lagi salah ketik lagi atau aku yang memang nggak ngerti artinya yaak???
ReplyDelete**mikir keras** :-D
huahahahahahahahhahah
ReplyDeleteanti mabooookkk...!!!
tapi belinya dari penjual yang nggak sedang mabok, ada nggak??? :-))))
celana superman kan ketat, mana bisa menutupi..??? hihihihi
ReplyDeletenggak memalukan kok Bli, kapan2 kesana aja, tapi saranku : pake id lelakimu ya!!! Mbok2 jamu kurang bisa bertahan hidup disana, kecuali jualan susu kuda liar hahahaahahah :-)))
maksudnya bisa-an mpok!
ReplyDelete**halah panggilan sayange keluar rek**
ReplyDeletewong kathokan gitu lho... hihihihihii
yang ini bener2 nggak tahu musti dikasih judul apa.... masa si ganteng dan tukang souvenir??? malu dong ah.. :-D
ReplyDeleteloh, Bli nggak baca ceritanya?????
ReplyDelete**ngakak kepingkal-pingkal**
kata si temen Mas Anom, dimana-mana jawatan pemerintah di Lombok, dipenuhi orang-orang Jawa lho **nggak tahu kenapa, dia juga heran** bahkan di kantor pun, bahasa sehari-hari yang terdengar bukan Bahasa Sasak, tetapi Bhs Jawa...
ReplyDeletetapi kenapa memangnya kamu nggak mau mutasi kesana La? Ada alasan khusus atau cuma geli sama susu kuda liar?? hehe...
Cucok banget untuk 2nd honeymoon ;)
ReplyDelete7 kak???? **langsung keder pengen kesana**
ReplyDeletedisamping rumahku juga ada, tapi cuman satu **nggak seru banget deh kak kalo cuma 1 hiksss*, kita tanam waktu hari pertama kita pindah kerumah ini, tapi udah 2 tahun ini keserang sejenis hama **nggak tahu deh hikss9x** dan nggak mau berbuah buah tuh... :-(((
aduh akhirnya ada juga yang setuju denganku....horeee... **toss Mbak Lussy** :-D
ReplyDeletekeknya kalo ibuk2 memang mendingan begini kali ya mbak, nggak kaya bapak2...
**yang gratis tiket pesawatnya aja kok mbak, tetapi untuk akomodasi kita memang dapet dicsount rate yang lumayan, thanx to Mas Anom** :-)
Celananya masih loreng, berarti belum ganti celana pendek ya? :))
ReplyDeletehueheheheheh kakak...ngomongin mabok laut kok njujug ke milkshake, ini bahaya, karena bisa-bisa nanti pas ada milkshake, jadi mikirin yang dikocok2 di perut waktu mabok... hihihi :-D
ReplyDelete**garuk2**
ReplyDeleteayo Mbak Ellen... :-D
ReplyDeleteini juga pertama buat kita kok Mbak... :-)
**waduuuww maluuuwww**
ReplyDeletenggak Mbak, kita malah takut ketiduran kalo minum, jaraknya kan cuman 1 jam saja naik kapalnya, jadi deh kliyeng2... :-S
ReplyDeleteLho...celana pendeknya macho koq...? ;))
ReplyDeleteoooooooo bulet.... :-D hehehe....
ReplyDeletethx Har...!! ;-)
sepi memang Mbak Wiwie...
ReplyDeletetapi jadi rindu anak-anak :-(((
hehe belum, ini masih di hotel, blum berangkat :-D
ReplyDeletecelana inilah yang dengan sukses ketinggalan, hiksss... :-D
iya....macho dan ketinggalan.... :-D
ReplyDeleteSayangnya mataku nggak mempan sama tulisan sensor itu.... :))
ReplyDeletewalah, masih bisa tembus ya??? **panik**
ReplyDeletehihihihihii :-D
SUBHAANALLAAH.. ALHAMDULILLAAH.. ^_^
ReplyDeleteSUBHAANALLAAH.. ALHAMDULILLAAH.. ^_^
ReplyDeleteidenya keren Mbak..
ReplyDelete^_^
ngakak abis..liat foto ini...
ReplyDeletekeliatan kok kalo mabok :D apa ngantuk :D
ReplyDelete*kabuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuur
setuju, keren banget!
ReplyDeleteidenya siapa?
wakakakakakakakak...!!!
ReplyDeletepasti seksi abeeeessss.... :)
Adududu...Frangipani alias kamboja kembang kesukaanku.....apik mbak....
ReplyDelete^_^
ReplyDeletedatang begitu aja... thx ya :-)
ReplyDeletehuehehehehehhe sampai abis rek... :-D
ReplyDeletememang susah dibedakan antara ekspresi ngantuk dan mabok....tapi aku pilih ngantuk aja! hihihi
ReplyDelete**tak berdaya kejar novi yang kabur, karena sedang mabok** :-S
saya Pak!!! **angkat tangan sambil meringis**
ReplyDeleteGR dah... :-D
hihihihhihii iya loh! sampe habis seksinya....nggak ada yang tersisa!!!
ReplyDelete:-))))
aku juga suka banget loh Less...warnanya cerahhh tapi sederhana... **halah** hehehe...satu lagi tumbuhan kenangan dari masa kecilku nih, temen "i-ol" masa kecil...
ReplyDelete**aku benernya pengen tanam bibitnya dirumah, tapi ada temen yang blg jangan, katanya ntar rumahku kaya kuburan jadinya...oalah...**
Alasan khusus? Jauh aja kalau mau mudik :D.
ReplyDeleteiya bener juga sih La, hehe... :-D
ReplyDeleteitu bukan karena penghuninya ya?
ReplyDelete*teringat foto penampakan di taman safari*
Tq juga mbak dah ngartikan hihihihi
ReplyDeletehahahahahah... akhirnya nyampai di bagian katok hihihii... kemarin buru buru mbak.. lom selesai baca ceritanya .. terus mesti keluar.. enakan komen foto dulu hihihi...
ReplyDeletetapi kok katok yang disensor ilang yach :D
hahaahhahaah
ReplyDeletesialan!
demi kemanusiaan, Bli...
ReplyDeletekalo mau request lewat PM ke orangnya ajah!
hahaahahahahah :-D
demi kemanusiaan Bli... hahahaahha
ReplyDeletekalo masih berminat, masih bisa request lewat PM ke orangnya ajah!!
:-)))
wah ini mesti baca mentari diatas gili dulu mbak...
ReplyDeleteasik wis pokoke
nopo niku mas? mau dong :-D
ReplyDelete