Bener-bener minggu yang seru...
Senin, 26 Januari 2009 :
Sore Abe mulai mengeluh, tititnya gatal dan kalau dipake pipis sakit. Kulitpun jadi iritasi karena dia selalu garuk-garuk bagian itu. Sudah lama aku tahu bahwa lubang pipisnya memang kecil, dan kulitnya sebagian lengket ke kulup. Firasatku mulai mengatakan, bahwa mungkin ada kemungkinan Abe harus dikhitan lebih cepat dari perjanjianku dengannya (waktu naik kelas 3 nanti).
Selasa, 27 Januari 2009 :
Sepulang sekolah, siang hari (karena hari pertama Abe masuk jadi sekolah belum sampai sore) kita pergi ke dokter di UGD RS. Siloam (karena poli sudah tutup) untuk periksain (tititnya) Abe. Ternyata firasatku benar, Abe mengalami fimosis dan harus sesegera mungkin di khitan. Kata dokter, fimosis itu adalah keadaan di mana sebagian atau seluruh kulit penis lengket ke bagian kepala penis dan mengakibatkan tersumbatnya lubang saluran air seni. Jadi ketika Abe pipis, tidak semua kandungan pipisnya keluar, melainkan ada sebagian yang tertinggal, nyangkut berupa endapan di ujung penisnya. Ini yang akhirnya rawan infeksi. Cara mengatasinya? Ya memang harus disunat! Untunglah Abe tidak menolak ide ini, toh cuma mundur beberapa bulan saja dari perjanjian semula. Hanya dia meminta sunatnya Minggu saja, biar pas libur sekolah. Akhirnya dokter memberikan antibiotik dan obat untuk mengatasi gatalnya Abe sampai Hari Minggu.
Dari dokter Siloam, kita langsung ke dokter gigiku. Sore itu aku ada janji untuk melakukan kuret gigi. Cerita selengkapnya bisa dibaca disini. Yang pasti aku kaget karena nggak mengira gusiku harus di gips selama 5 hari (berarti gips baru dilepas Hari Minggu juga kan?).
Rabu, 28 Januari 2009 :
Duhhhh urusan gusi di gips ternyata melebar. Aku benar-benar harus terkurung dirumah tanpa bisa pergi kemana-mana. Bukan karena penampilan dan bentuk gusi yang ekstrim ini, bukan. Tapi karena obat yang diberikan dokter gigiku. Setiap kali aku minum itu obat, reaksinya dudul banget. Aku jadi mengantuk, pusing, badan gemetar, dan keringat dingin muncul. Dan hanya satu hal yang bisa menghilangkan semua itu yaitu : TIDUURRR. Terus terang aku paling benci obat model begini. Tiap kali batuk aja, aku lebih milih minum air jeruk nipis + kecap daripada minum obat batuk yang suka bikin ngantuk itu.
Kamis, 29 Januari 2009 :
Akhirnya Mas Iwan memutuskan untuk meng-handle sendiri segala keperluan persiapan khitannya Abe, setelah hari itu aku hampir pingsan di Pasar Atom (waktu ngeyel ikut beli tempat hantaran, ya, dengan gusiku masih mancung tentu saja). Karena keterbatasan waktu, kami memang memutuskan tidak bikin acara yang gimana-gimana apalagi pesta, hanya menyiapkan hantaran untuk sodara dan tetangga (yang itupun jumlahnya ternyata sudah ampun-ampun banyaknya). Demi Allah aku sempat merasa sangat pilu dan benci pada diriku sendiri saat ini karena tidak bisa taking charge mempersiapkan acara sunat anakku sendiri. Obat ini bener-bener sudah melumpuhkanku dan mengurungku dirumah dengan cara yang luar biasa hebat, karena berbarengan dengan persiapan khitan Abe itu tadi!
Jumat, 30 Januari 2009 :
MI pun akhirnya menemukan tempat praktik dokter khitan deket rumah. Pulang sekolah, Abe diajak ke tempat dokter itu, dan bikin janji pelaksanaan sunatnya Hari Minggu pagi lusanya. Sementara itu, kabar buruk datang dari Tulungagung. Agyl adikku, badannya panas parah. Juga Sena (sepupu Abe) yang bahkan sudah didiagnosa tifus. Ibuku sudah mulai bingung karena disana anak cucu pada sakit, sementara dia pingin sekali melihat Abe, cucu cowok satu2nya disunat.
Sabtu, 31 Januari 2009 :
Sudah cukup! Aku tak mau lagi minum obat yang bikin teler itu! Kuputuskan hari ini untuk hidup bebas obat, aku hanya meminum antibiotik dan vitaminnya saja. Akhirnya hari ini aku bisa sedikit membantu MI, pesen kue, cari kotak kuenya, cetak kartu ucapannya, lumayan. Lumayan puas jadi perhatian orang-orang juga karena kondisi gusiku yang mancung itu (:-D). Hasil lab Agyl di Tulungagung, ternyata positif DB. Trombositnya down tinggal 26 ribu dan langsung masuk RS. Malam itu aku dan Uti nangis2an terus karena Uti ternyata memang terpaksa tidak bisa nungguin Abe sunat. Gak papa ya Uti, yang penting doanya saja ya... Hatiku cukup gerimis demi membayangkan besok dalam acara ngumpul dengan keluarga besar, tak satupun dari keluargaku di Tulungagung yang bisa bergabung. Bapak-Ibukku harus gantian nungguin Agyl di RS. Sementara Asnan (adikku yang no 2) pun anaknya sendiri juga sakit tifus dan tidak bisa ditinggal apalagi diajak ke Surabaya. Untunglah, ada sms dari beberapa teman (termasuk Kak Mia di Jkt, hikss I luv u more now Kak) yang menguatkan hati. Yang agak membikin hati lega, hari ini waktu kumur-kumur ternyata gips di gusiku tiba-tiba LEPAS! Aku langsung telpon Sari dengan panik tapi dia bilang gak papa. Kebetulan nih, aku nggak perlu datang ke tempat praktek Sari untuk melepasnya kan? Duhhh sedikit aja waktu akan sangat berharga sekarang ini. Akhirnya kontrol gigi kutunda sampe nanti Abe selesai dikhitan.

Minggu, 1 Februari 2009 :
Allah Maha Kuasa. Hari ini akhirnya Abe dikhitan, pada umur 7 tahun. Haru, haru dan haru menyelimuti hatiku dan membanjiri hariku. Rasanya baru kemarin aku melahirkan dia. Walaupun tak bisa banyak membantu MI yang sudah luar biasa menyiapkan semua untuk acaranya, tetapi aku bersyukur bisa full mendampingi Abe di semua prosedur khitannya. Abe dikhitan dalam pelukanku, direkam Bapaknya yang mengaku sudah mual dari awal.
Dasar bandel, siangnya ketika keluarga besar ngumpul (minus keluarga Tulungagung yang terus2an telpon tiap sebentar), Abe sudah jalan-jalan gak karuan. Cepet sembuh ya Nak, Ibuk tahu Abe anak yang kuat...dan insyaAllah sholih.
Senin, 2 Februari 2009 :
Ketakutan banyak orang yang melihat Abe gak bisa diam di hari pertamanya sunat (yaitu ketakutan bahwa malamnya dia pasti akan rewel kesakitan), alhamdulillah tidak terbukti. Semalam aku memang nyaris tak tidur karena menjaga posisi tidurnya, tetapi hanya sekali dua Abe mengeluh ringan karena sakit. Pipispun berjalan lancar tanpa keluhan berarti. Hari ini Abe malah sangat ceria dan mulai gangguin adek Bea lagi, pertanda sudah sehat kan?? Hehe
Terimakasih Ya Allah, karuniaMu memang tiada henti. Rizki Allah juga, terutama untuk Abe. Lihat saja tumpukan kado dan amplop di meja itu, ya kan Be? hehehe.
Semoga Mas Agyl dan Sena yang sekarang masih sakit, segera mendapat kesehatannya kembali, aminnn...