Senin, 16 Juli 2007. Hari Pertama Abe di SD.
Aduh ndak kerasa ya Be...kamu kok ya sudah gede ya nak..hiks..
Hari pertama sekolah selalu hectic. Malamnya, seperti biasa kalo lagi heading a big day, Ibuk gak bisa tidur Be...berkali-kali ngecek perlengkapan sekolahmu. Duh...rasanya baru kemarin Ibuk sampe diare karena ikut tegang waktu kamu hari pertama masuk playgroup (selengkapnya bisa dibaca disini) lha kok sekarang kamu sudah SD to nak nak...
Biarpun tidak seheboh dan setegang waktu Playgroup dulu, tapi keharuan yang kurasakan masih tetap sama. Malam sebelumnya, sehabis menjahitkan badge di baju seragammu Be, Ibuk termangu... MasyaAlloh.. what a bless we are having all these time. In almost no time, you have grown up, sometimes it feels almost too fast for me, my dear...Above all, I think we’ve done pretty okay so far, and you grow up so nicely.. Alhamdulillah Ya Allah...semoga kamu tumbuh jadi anak sholeh sayang...
(Oke now ibuk, enough acara meweknya hiks...hi hi)
Sabtu sebelumnya, waktu pengumuman pembagian kelas, baru tahu kalo ternyata Abe masuk kelas khusus. Hemm..dibilang khusus sebenarnya aku kok kurang sreg ya, karena berarti
Di SD Al-Hikmah siswa kelas 1 nya ada 6 kelas (I-A sampai I-F). Agak lama sebelumnya aku sudah dapat bocoran (dari iparku yang juga jadi guru mengajar di situ), kalo Abe masuk kelas I-A. Waktu itu Tante Ulfa (iparku itu) sms : “seperti yang kuperkirakan, Abe masuk kelas I-A, dan pastinya kelas yang...(titik titik) :D”
Waktu di sms itu aku belum sepenuhnya paham maksudnya (selain memang sebelumnya aku sempat dipanggil BK TK nya, menyangkut Abe yang hasil test IQ disekolahnya tinggi –superior- tapi kemandirian dan kematangan emosinya masih dinilai ‘belum siap masuk SD’ hi hi)
Ketika melihat sendiri jejeran daftar kelas di papan pengumuman Sabtu itulah aku jelas apa maksudnya. Dibawah daftar masing-masing kelas lain, hanya dicantumkan keterangan jumlah siswa L (Laki-Laki) dan P (Perempuan). Sedangkan kelas I-A, kelasnya Abe, ada tambahan catatan.
Just in case you can’t read it clearly, it says :
“Karakter siswa dalam kelas ini : Penerimaan otoritas kurang (tidak mengindahkan perintah orang lain); Kemampuan kognitif diatas rata-rata (superior); Kemampuan motorik halus sangat kurang;
:D
Syukurlah Abe bukan anak yang tidak berbicara (sebaliknya dia malah anak yang tidak bisa berhenti bicara)...
Syukur juga dia bukan anak yang suka memukul teman yang lain...
Tapi yang lain itu...much less, memang Abe... :D (susah diperintah, kegiatan motorik halus selalu membuatnya bosan -daripada mewarnai, meronce, menjahit, dlsb, dia akan lebih memilih kegiatan2 motorik kasar macam melompat, berguling (roll), lempar2 dll-, dan kemampuan konsentrasinya memang sangat pendek)
Komentar temen2 walimurid macam-macam:
“Wah kayaknya kelas preman nih, cewenya cuma 8, cowonya 20...”
“Untung anakku di I-D”...... :-S
“Eh, Wahid! yo pantes anakmu masuk kelas ini, wong ibuke yo pencilakan”.....
“Ha ha aku udah ngira kalo anak kita sekelas Wahida!!”...yang ini komentar Mbak Olive, salah satu temen dari TK yang Pasya, anaknya memang sama2 superaktifnya kaya Abe. Dia meneruskan, “Jujur kalo aku malah seneng kaya gini, jadi Pasya dapet gurunya juga yang cocok, sama-sama aktifnya. Soalnya pengalaman dulu-dulu kasian juga liat guru2 menghadapi si Pasya.”
Well, she got the point...
Komentar suami sih seperti biasa. “Wah ini sih kelasnya calon entrepeneur! InsyaAlloh!” Alamak...dalam banyak dosis, dia memang agak2 korban Purdi Chandra he he.
Hari pertama sekolah terbukti. Begitu pulang, jelaslah sudah betapa Abe punya idola baru yang dalam sehari sudah membuatnya terpesona dan tertarik (tertarik, itu penting, karena Abe sangat sulit tertarik sama orang lain dan cenderung cuek).
Panggilannya di sekolah Ustadz Bambang. Wali kelasnya Abe ini adalah satu-satunya wali kelas laki-laki di seluruh kelas 1. Waktu bertemu pertama kali dengan beliau, aku saja sudah ‘terpesona’. Kelihatan banget orangnya sabar tapi tegas, lucu tapi pinter dan jelas-jelas punya wibawa yang bagus. Tipe orang yang ketika dia mulai berbicara, bahkan anak se cuek dan se cerewet Abe dan Pasya pun akan bisa langsung diam memperhatikan dengan ingin tahu, apa yang akan dikatakan Ustadz.
Alhamdulillah...sepulang sekolah di hari pertama pun Abe sudah sarat cerita tentang Ustadz Bambang, dan semua dengan intonasi dan semangat yang positif.
Di tengah jalan, diapun menyorongkan pipinya nagih hadiah ciuman dari aku yang sedang nyetir, sambil bilang, “Tadi waktu Ustadz Bambang bercerita, Abe sama sekali tidak berbicara lho...Abe mendengarkan thok, sampe ceritanya berakhir lho Buukk...”
“Iya iya...anak Ibuk pinter deh, makin pandai memperhatikan guru...”
Cup cup cup...
He he
Subhanalloh...alhamdulillah...karuniaMu Ya Allah...
Subhanallah. Begitu cepat waktu berlalu ya..mb Wahida. tahu-tahu Abe sudah SD... Btw, saya tertarik juga nih..dengan kelas-nya Abe. Apa sekarang di Jakarta sudah banyak sekolah yang punya kelas khusus gitu ?
ReplyDeletekurang tahu ya mbak kalo di jakarta...menurutku ada satu hal positif dari metode ini, karena anak2 model kinestetik (banyak bergerak dan superaktif) akhirnya mendapat guru yang tipenya sama, jadi bisa klop..
ReplyDeletekalo kelas lain begitu bel masuk langsung berkegiatan di dalam kelas, kelas kinestetik tidak...anak-anak diajak jogging keliling lapangan dulu, atau main basket dan sebagainya, nah kalo energi mereka yang berlebih itu sudah tersalurkan, baru mereka masuk kelas dan siap menerima pelajaran...
kulihat guru wali kelasnya abe juga begitu...aktif...dan dari 6 kelas, hanya kelas abe yang mendapat wali kelas laki-laki... :D
hmmm... aku juga ngga suka kalo anak2 di labellin. Memang ada bagusnya sih metode pengajaran disesuaikan dengan karakter anak. The idea that "the speciality class" exist still bothers me. Tapi ini memang alternative daripada guru kewalahan ngatasi anak2 yg daya konsetrasinya berbeda2 lebih baik dibikinkan kelas baru. Dengan catatan semoga memang kelas2 macam ini bisa meng-improve "kekurangan" (yang disebutin dalam tabel itu) anak2 didik tadi ya, bukan hanya mengakomodasi ke hiper-kinestetikan mereka. hehehe... Bisa berabe kalo sampe kelas 5 masih harus jogging dulu sebelum bisa diisi. Tapi ngga apa2 juga sih mba, dirumah kamu bisa jogging2 dulu ama Abe, itung2 daripada yoga huehehehe. I wonder if i would have to go through this with Ilyas.. wihh! Eh, ini seperti methodenya montessori ya. Jadi anak2 didik di asses one-on-one sama guru nya. Jadi ngga pukul rata. Senengnyaaaa...
ReplyDeleteaku sempat ngobrol dengan suami tentang ini lho
ReplyDelete"kelas khusus gini bukannya salah satu bentuk pelabelan pada anak2...?" keluhku
suami : "lha menurutmu apa lebih baik juga kalo mereka campur sama anak2 yang tipenya betah duduk manis dalam kelas?"
aku : "iya juga sih, bisa-bisa mereka juga diberi label yang lebih buruk lagi dari ini, misalnya disebut 'anak nakal' atau 'anak bandel di kelas' dan bisa-bisa mengganggu proses belajar teman2nya yang lain ya..."
well, he got the point :-)
hasil test IQ disekolahnya tinggi –superior-.... (jadi mengingatkan ke seseorang ni... ) bravo abe,.. emak mu aja dulu selalu juara kelas... hayo....
ReplyDeletewalah itu kan jaman dulu mbak hehe... seiring waktu malah aku belajar bahwa the value of a person in life is truly way too far beyond that thing such as an IQ (or ranking di kelas)...banyak hal2 yang lebih penting untuk mendapat perhatian, seperti budi pekerti, semangat beribadahnya, ketrampilan bergaul dengan orang lain, kecerdasan emosional dan spiritual dan masih banyak lagi.... :-)
ReplyDeletesenangnya punya anak kayak abe :)
ReplyDeletekita semua pasti seneng dan bersyukur dengan anak-anak yang dikaruniakan ke kita ya La... tapi emang banyak2 bersabar dan menerima apa adanya mereka... hueheheheh :-D
ReplyDelete*ngebayangin gimana pencalitannya Abe* :)
ReplyDeletekoyo Ibuke....jadi sekarang silahkan membayangkan ibuke ae wekekekekekek :-D
ReplyDelete*masih ngos2an bar mlayu* hiks....nang kene onok link maneh??? gubrakkkkssss!!!!
ReplyDeleteDaaa....aku tepar....tulung silihno balsem kayu putihnya Rido gih..... :((((
manaa??? **ngecek keatas**
ReplyDeletePurdi Chandra..............**ikut gubraaaxxxx**
hauhauhauhauahuahu sing iku gak usah di klik! ke website e Purdi mengko PASTI banyak link lagi disitu mbakkk!!!
**ngakak meratapi nasib malang Mbak Henny**
balsem e Rido nggak bakalan mempan, pake Geliga aja hihihihi