Jumat, 25 Maret 2011
Alhamdulillah kemarin siang kami berlima bisa ngumpul lunch bareng lagi. Siang sehabis ngaji tarjim, aku, Mbak Cindy dan Mbak Mona menyusul Bunda Agustin dan Mbak Sishiel yang sudah menunggu di Sutos. Kebetulan minggu itu Mbak Shiel dan Mbak Mona ulangtahun, jadilah kami yang lain sudah menolak membayar dari awal. Akibatnya, kami yang tidak mau membayar ini kudu rela dipelototin Mbak Sishiel tiap kali menunjuk gambar masakan yang berharga mahal di buku menu. Padahal kami baruuuuu saja menunjuk, belom order *nangis geru-geru*.
Wkwkwkwk. Bercanda kok. Kami akhirnya mendapat semua menu yang kami inginkan kok. Hehehe.
Kalo obrolan sudah berjalan, perut dan rahang pun mulai kaku karena tertawa. Mentertawakan siapa lagi kalau bukan diri kami sendiri. Dan ada bagian obrolan yang siang itu membuat kami asli meledak gak karuan sampai perut kaku mulas tak tertahankan.
Entah siapa yang memulai bercerita dan apa pencetus cerita ini mengalir, aku sudah lupa. Kalau nggak salah waktu itu Bunda Ag menceritakan pengalamannya ketika dulu masih bekerja kantoran. Dia bercerita bahwa kalau ada customer datang dan duduk didepanya, maka tugasnyalah untuk menyambut dengan sapaan “Selamat Pagi (atau siang, atau sore), ada yang bisa saya bantu??” plus senyum loplinya itu.
Nah, kebetulan hari itu tidak ada satupun customer yang datang, tetapi banyak sekali customer yang menelepon. Sehingga praktis seharian itu kata-kata yang bunda sering keluarkan dari mulutnya adalah “Halooooo??” sampai berpuluh kali. Sorenya, tiba-tiba saja ada satu customer yang datang dan ketika duduk di depan meja bunda, kontan bunda menyambutnya dengan sapaan yang latah : “Halooooo??”
Wahahahaahahahah
Kita jadi ingat cerita waktu Mbak Sishiel menggiring anak-anak nonton bareng film Karate Kid dulu. Seperti biasanya, dengan lugasnya Mbak Sishiel memberikan pesan pada anak-anak sebelum film dimulai. Tapi kali ini ada yang aneh dalam pesannya.
Mbak Shiel : “Anak-anak, nanti kalau ada adegan kekerasan atau ciuman gitu, semuanya cepat-cepat tutup mulut kalian yaaa”
Anak-anak : Iya Buk....*patuh tapi tak urung wajahnya pada bingung*
Mbak Shiel : :”Eeehhh kliruuuu....tutup MATA maksudnyaaaa hihihihihihi”
Baru deh anak-anak bisa ketawa. Huahuahuahuahuahahahah! *bogem mb Shiel*
Bicara soal telepon dan kesalahpahaman, tiba-tiba saja Mbak Mona bercerita tentang kebiasaan generasi-generasi manula di tempat asal suaminya. Kata Mbak Mona, ada kakek-kakek yang terbiasa rapi jali ketika bertemu dengan seseorang ataupun menjamu tamu yang datang kerumahnya.
Nah, suatu kali ketika si kakek sedang bersantai dirumah, tiba-tiba handphonenya berbunyi. Dia angkat handphone, ternyata dari seorang kenalannya. Baru saja mengucap salam, si kakek permisi dulu kepada si penelepon. Dia meminta si penelepon menunggu dan jangan menutup teleponnya karena ada hal penting yang harus dia lakukan. Ternyata si kakek buru-buru pergi masuk ke kamarnya, mengganti baju dengan pakaian yang rapi, menyisir rambutnya serapi mungkin, setelah itu baru mengambil kembali teleponnya untuk meneruskan pembicaraan. Huahuauahuahua aku yang keluar rumah saja nggak pernah rapi, asli malu deh ama integritas si kakek ini. Salut Kek! Wkwkwkwkwkw!
Yang paling bikin kami berlima ngakak, Mbak Mona kemudian bercerita tentang telenovela.
Jaman dulu kan lagi musim tuh telenovela berseri macam Isaura, Maria Mercedes, dan lain-lain itu. Nah saat mengikuti jalannya cerita-cerita itu, banyak sekali ibu-ibu yang jadi lebih semangat shalat tahajjudnya. Semangat puasa Senin-Kamisnya. Semangat beribadah deh pokoknya. Dan alasan yang mereka kemukakan adalah ini...
“Pokoknya kita mendoakan Maria Mercedes supaya pas serialnya tamat nanti, dia bisa menikah dengan Jorge Luis”
Whuakakakakakakakakakakakakakakakak!!